Add Me ON

Minggu, 31 Januari 2016

LAPORAN TITRASI ASAM BASA



TITRASI ASAM BASA


1.      TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
·         Melakukan standarisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat
·         Melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam – basa


2.      PERINCIAN KERJA
·         Standarisasi larutan NaOH dengan KHP
·         Standarisasi larutan HCl dengan
·         Penentuan konsentrasi larutan  dengan larutaan std. NaOH
·         Penentuan konsentrasi larutan  dengan larutan std. HCl
·         Penentuan konsentrasi larutan  dengan larutan std. NaOH
·         Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std. HCl

3.      DASAR TEORI
3.1    Titrasi asam basa
Titrasi asam basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi antara analit dengan titran. Titrasi asam basa terdiri dari titrasi antara :
-          Asam kuat dengan basa kut
-          Asam kuat dengan basa lemah
-          Basa kuat dengan basa lemah
3.2    Pereaksi Asam Basa
Dalam praktikum dilaboratorium adalah hal biasa untuk membuat dan
menstandarisasi larutan asam dan suatu larutan basa. Karena alarutan asam lebih mudah diawetkan daripada larutan basa . maka suatu asamlah yang biasanya dipilih sebagai standar pembandig tetap yang lebih baik daripada basa.
Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar , faktor yang harus diperhatikan :
1.      Asam harus kuat yaitu terdisosiasi sempurna
2.      Asam tidak boleh mudah menguap
3.      Larutan asam harus stabil
4.      Garam dan asamnya harus larut
5.      Asam nya harus tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk merusak senyawa organik yang digunakan sebagai indikator

Asam asam klorida dan sulfat merupakan larutan asam yang paling luas digunakan sebagai larytan standar meskipun tidak semua mencukupi persyaratan standar diatas. Garam klorida dan ion ion perak timbal dan merkuri adalh pelarut, seperti halnya sulfat dari logam logam alkali dant timbal. Namun hal ini tidak menyebabkan kesukaran pada kebnyakan titrasi asam basa.   
Hidrogen klorida merupakan gas tetapi tidak cukup menguap dari larutan larutan pada batas batas konsentrasi yang biasanya digunakan karena terdisosiasi sangat tinggi dalam larutan air. Suatu larutan 0,5 N dapat didihkan untuk beberapa lama tanpa kehilangan hidrogen klorida , jika larutannya tidak boleh di pekapkan denga penguapan. Asam nitrat jarang digunakan sebab merupakan pereaksi oksidasi kuat dan larutannya terurai apabila dipanaskan atau dikenakan cahaya. Asam perklorat merupakan asam kuat tidak menguap dan stabil terhadap reduksi dalam larutan larutan encer. Garam garam kaium dan amonium dapat mengendap dari larutan larutan pekat apabila terbentuk selama titrasi. Asam perkoraat lebih disukai dalam titrasi yang buakn air. Ia pada dasarnya suatu asam yang lebih kuat daripada asam klorida dan lebih kuat terdisosiasi dalam pearut yang bersifat asam seperti asam asetat murni
     Natrium hidroksida merupakan basa yanh paling umum digunakan. Kalium hidroksida tidak memberikan keuntungan dibanding dengan natrium hidroksida dan lebih mahal . NaOH selalu terkontaminasi oleh jumlah kecil zat pengotor yang paling sering diantranya adalah natrium karbonat.
3.3    Indikator untuk asam basa
Indikator yang digunakan pada titrasi ni adalah indikator yang bekerja sesuai dengan perubahan Ph pada larutan. Indikator asam basa adalah suatu asam atau basa organik lemah yang tidak terdisosiasinya berbeda warna dengan ionnya indikator ini akan berubah warn apada perubahaaan Ph larutan yang menyebab kan indikator tersbut mengalami disosiasi
     Indikator yang terkenal adalah indikator fenolftalein.indiktor ini merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula mula terdisosiasi ke dalam suatu bentuk tak berwarna yang kemudian kehilangan hydrogen kedua, menjadi ion yang berwarna merah
3.4    Standarisasi larutan 
Standarisasi adalh proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan . terdapat dua macam larutan standar yaitu standar primer dan standar sekunder . standar primer biasanya dibuat dengan cara menimbang dengan teliti suatu solut kemudian melaruutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya.





Syarat standar primer sebagai berikut :
1.      Murni , jumlah pengotornya tidak lebih dari 0,01 – 0,02 %
2.      Stabil, idak higroskopis dan tidak mudah bereaksi dengan air
3.      Mempunyai berat equivalen yang cukup tinggi untuk mengurangi kesalahan pada saat penimbngan.
Larutatn standar primer digunakan untuk menstandarisasi larutan standar sekunder , larutan standar sekunder selanjutnya digunakan untuk penentuan suatu larutan ataupun cuplikan
Senyawa kalium hydro ftalat  (KHP)  merupakan standar primer yang sangat baik untuk larutan larutan basa. Senyawa ini mudah diperoleh dengan kemurnian 99.95% atau lebih. Zat ini stabil apabila dikeringkan , tidak higrokopis dan mempunyai bert equivalen yang tinggi 204,2 g/ek merupakan asam monoprotik lemah , akan tetapi karena larutan basa biasanya sering digunakan untuk menentukan asam lemah, maka hal ini bukannya suatu kerugian .
indikator fenolftalein digunakan dalam titrasi dan larutan basanya harus bebas dari karbonat
Natrium karbonat  secara luas digunakan sebagai standar primer. Untuk larutan larutan asam kuat. Mudah diperoleh dalam keadaan sangat murni kecuali hadirnya sejumlah kecil larutan natrium bikarbonat  Bikarbonat dapat secara lengkap diubah menjadi karbonat dengan memasukan zat nya hingga berat tetap pada 270ºC sampai 300ºC, natrium karbonat sedikit higroskopis tetapi dapat ditimbang tanoa kesulitan. Karbonat dapat dititrasi menjadi natrium bikarbonat dengan menggunakan indikator fenolftalein , berat equivalennya sama dengan berrat molekul nya yaitu 106. Tetapi secara umum zat ini dititrasi menjadi asam karbont dengan menggunakan indikator metil orange dengan berta equivalen setengah dari berat molekulnya yaitu 53,00
4.      KESELAMATAN KERJA
Menggunakan peralatan keselamatan kerja seperti masker dan sarung tangan dalam menangani larutan asam pekat dan basa kuat . melakukan pengencerab di dalam lemari asam dengan mengisi labu ukur dengan aquadest terlebih dahulu.
5.      ALAT YANG DIGUNAKAN
-          Erlenmeyer 250ml                  6 buah
-          Pipet tetes                               4 buah
-          Pipet ukur
-          Biuret
-          Pengaduk
-          Spatula
-          Labu ukur 250ml
-          Gelas kimia 250ml
-          Timbangan
-          Corong
-          Bola karet

6.      BAHAN YANG DIGUNAKAN
-          Larutan baku standar NaOH 1 N
-          Larutan baku sekunder HCl 1 N
-          Kalium hydro ftalat  (KHP) 
-          Natrium karbonat
-          Indikator fenolftalein
-          Indikator metil merah
-          Larutan
-          Larutan
-          Larutan
-          Larutan NaOH

7.      LANGKAH KERJA
7.1    Sandarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan KHP
-          Memasukan kira kira 4 – 5 gr KH ftalat murni dalam botol yang bersih dan menimbang dalam oven dalam temperatur 110ºC sekurang kurangnya 1 jam
-          Mendinginkan botol timbang beserta isinya dalam desikator
-          Menimbang dengan teliti dalam 3 erlenmeyer bersih yang telah diberi nomor sebnayak 0,7-0,9 KH ftalat
-          Pada setiap erlenmeyer menaambahkan 50ml air suling diukur dengan gelas ukur dan mengecek perlahan sampai KHP larut
-          Menambahkan 2 tetes indikator pp pada tiap erlenmeyer
-          Mentitrasi larutan dengan NaOH yanh telah dibuat sampai berubah warna menjadi merah muda
-          Mencatat volume titran
7.2    Standarisasi larutan standar sekunder HCl dengan
-          Membuat larutan dengan PH 4 dengan cara melarutkan 0,5 gr KH ftalat dalam 100ml air suling dan menambahkan 2 tetes metil merah ke dalamnya. Larutan ini dibuat sebagai larutan pembanding
-          Menimbang denga teliti 3 buah cuplikan dalam erlenmeyer masing masing 0,2-0,25 gr murni yang sebelumnya telah dikeringkan
-          Melarutkan dalam 50ml air aquadest dan menambahkan 2 tetes metil merah
-          Mentitrasi dengan HCl sampai warnanya sama dengan warna pembanding
-          Mencatat volume titran
7.3    Penentuan konsentrasi larutan  dengan larutan std NaOH
-          Memipet 25ml cuplikan kedalam erlenmeyer
-          Menambahakan indikator pp
-          Mentitrasi dengan HCl sampai terjafi perubahan warna yang tetap
-          Mengulngi untuk 3 kali percobaan




7.4    Penentuan konsentrasi larutan  dengan larutan std HCl
-          Memipet 25ml cuplikan kedalam erlenmeyer
-          Menambahakan indikator pp
-          Mentitrasi dengan NaOH sampai terjafi perubahan warna yang tetap
-          Mengulngi untuk 3 kali percobaan
7.5    Penentuan konsentrasi larutan  dengan larrutan std NaOH
-          Memipet 25ml cuplikan kedalam erlenmeyer
-          Menambahakan indikator pp
-          Mentitrasi dengan NaOH sampai terjafi perubahan warna yang tetap
-          Mengulngi untuk 3 kali percobaan
7.6    Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std HCl
-          Memipet 25ml cuplikan kedalam erlenmeyer
-          Menambahakan indikator pp
-          Mentitrasi dengan HCl sampai terjafi perubahan warna yang tetap
-          Mengulngi untuk 3 kali percobaan

8.      DATA PENGAMATAN
1.      Standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
No
Volume  Titran
Gr KHP
Perubahan warna
1
36ml
0,7 gr
Bening – merah muda
2
40ml
0,8 gr
Bening – merah muda
3
40ml
0,85 gr
Bening – merah muda
Rata-rata
40,677ml
0,7833gr


2.      Standarisasi larutan std sekunder HCl dengan  
No
Volume  Titran
Gr KHP
Perubahan warna
1
26,4 ml
0,23 gr
Kuning - Orange
2
25,9ml
0,21gr
Kuning - Orange
3
27,6ml
0,22 gr
Kuning - Orange
Rata-rata
26,633ml
0,22 gr


3.      Penentuan konsentrasi larutan  dengan larrutan std NaOH
No
Volume  Titran
Volume
Perubahan warna
1
9,6ml
10ml
Merah – merah muda
2
9,3ml
10ml
Merah – merah muda
3
9,4ml
10ml
Merah – merah muda
Rata-rata
9,4ml
10ml






4.      Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std HCl
No
Volume  Titran
Volume
Perubahan warna
1
22,5 ml
10ml
Bening – ungu muda
2
22 ml
10ml
Bening – ungu muda
3
21 ml
10ml
Bening – ungu muda
Rata-rata
21,833ml
10    l


9.      PERHITUNGAN
1.      Standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
·         Secara Praktek
-          Gram rata-rata KHP = 0,7833 gram = 783,33 mg
-          Volume rata-rata NaOH = 40,67 ml





·         Secara Teori
-          N NaOH = 1 mek / ml
-          V NaOH …..?







2.      Standarisasi larutan std sekunder HCl dengan Na2CO3
·         Secara Praktek
-          Gram rata-rata Na2CO3 = 0,22 gram = 220 mg
-          Volume rata-rata HCl = 26,6333 ml
N HCl ….?

 

 

·         Secara Teori
-          N HCl = 1 mek / ml
V HCl ….?


3.      Penentuan konsentrasi larutan H2SO4  dengan larutan std NaOH
·         Secara Praktek
-          Volume rata-rata NaOH = 9,4 ml

V H2SO4  ×  N H2SO4  =  V NaOH  ×  N NaOH

10 ml  ×  N H2SO4  =  9,4 ml  ×  0,2147

N H2SO4  =  0,2018 mek / ml

·         Secara Teori

N H2SO4  =  1 mek / ml

V H2SO4  ×  N H2SO4  =  V NaOH  ×  N NaOH

10 ml  ×  1 mek / ml  =  V NaOH  ×  1 mek / ml

V NaOH  =  1 ml
4.      Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std HCl
·         Secara Praktek
-          Volume rata-rata HCl = 21,833 ml

V NaOH  ×  N NaOH = V HCl  ×  N HCl

10 ml  ×  N NaOH = 21,833 ml  ×  0,1558 mek/ml

N NaOH = 0,3401 mek/ml

·         Secara Teori
-          N NaOH = 2 mek/ml

N NaOH  ×  V NaOH = V HCl  ×  N HCl

2 mek /ml  ×  10 ml = V HCl  ×  1 mek/ml

V HCl = 20 ml







10.   PERTANYAAN
1.      Tuliskan 5 macam standar primer untuk titrasi asam basa!
Jawab :
a)      Kalium Hydro ftalat (KHC3H4O4) atau KHP
b)      Asam Sulfamat (NSO2NH3)
c)      Kalium Hidrogen Iodal (KH(102)2)
d)     Natrium Karbonat (Na2CO3)
e)      Aminometan (CH3OH)
2.      Tuliskan 5 macam indicator untuk titrasi asam basa!
Jawab :
-          Fenolftalein
-          Metil Orange
-          Metal Jingga
-          Timolftalein
-          Brom Kresa Ungu
3.      Tuliskan 5 macam penerapan titrasi asam basa!
Jawab :
-          Asam Kuat dan Basa Kuat
-          Asam Lemah dan Basa
-          Asam Kuat dan Basa Lemah

4.      Suatu standar primer Kalium Hydrogen Ftalat (KHP) seberat 0,3426 dititrasi dengan 42,14ml NaOH. Hitung molaritas larutan!
Jawab :




11.   ANALISA PERCOBAAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan
KHP 0,7 – 0,9 gr untuk 3 kali pefcobaan. KHP tersebut dilarutkan dengan air aquadest sebanyak 50ml. Kemudian ditambahkan 2 tetes indikator pp. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH. Volume rata-rata setelah titrasi adalah 40,67ml.
            Dilanjutkan dengan titrasi yang kedua yaitu standarisasi larutan std sekunder HCl dengan . pertama membuat larutan pembanding dengan melarutkan 0,5 gr KH ftalat dalam 50ml air dan menambahkan 2 tetes metil merah. Kemudian menimbang 3 buah cuplikan  0,2 – 0,25 gr dan melarutkan nya dalam 50ml aquadest. Selanjutnya menambahkan metil jingga untuk tiap cuplikan. Selanjutnya dititrasi dengan HCl sampai warnanya sama denga larutan pembanding. Volume raa-rata yang didapat adalah 26,633ml
            Selanjutnya penentuan konsentras larutan  dengan larutan std sekunder NaOH.  dipipet sebnayk 25ml pada tiap erlenmeyer hingga 3 kali percobaan. Kemudian menambahkan indikator metil merah dan selanjutnya dirtittrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna
            Yang terakhir adalah penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std HCl . hampir sama dengan sebelumnya cuplikan dipipet 25mk kemudian menambahkan 2 tetes indikator pp dan dititrasi dengan HCl hingga perubahan warna.


12.   KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
-          Titrasi asam basa merupak titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi antara analit dan titran
-          Titrasi nasam basa terdiri dari:
·         Asam kuat dan basa kuat
·         Asam lemah dan basa kuat
·         Asam kuat dan basa lemah
-          Indikator yang digunakan adalah:
·         Metil orange
·         Metil merah
·         Fenolftalein
-          Senyawa kalium hydro ftalat  (KHP)  merupakan standar primer yang sangat baik untuk larutan larutan basa




DAFTAR PUSTAKA
Penuntun praktikum kimia analisis dasar . hal 91 . politeknik negeri sriwijaya . 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar